Organisasi massa Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Pidie, yang dibantu sayap juangnya Laskas Pembela Islam (LPI) dan Mujahidah Pembela Islam (MPI), sangat antusias melakukan aksi nyata berupa penggalangan dana untuk para korban musibah gempa,bencana,dan pemberantasan maksiat.

loading...
Tuesday, September 6, 2016

Seokarno menangis dipangkuan tgk Daud Bereueh

loading...

Jauh sebelum NKRI berdiri,Aceh Darussalam telah berdaulat sebagai sebuah kerajaan merdeka dan bahkan menjadi bagian dari kekhalifahan Turki Utsmaniyah.Hal ini sungguh-sungguh disadari Soekarno sehingga dia mengajak dan membujuk Muslim Aceh utk mau bergabung dengan rakyat Indonesia guna melawan penjajah Belanda.

Saat berkunjung ke Aceh tahun 1948,Bung Karno dengan sengaja menemui tokoh Aceh, Daud Beureueh.Bung Karno selaku Presiden RI menyapa Daud Beureueh dengan sebutan “Kakanda (kakak)”dan terjadilah dialog yg sampai saat ini tersimpan dengan baik dalam catatan sejarah :

Presiden Soekarno,“Saya minta bantuan Kakak agar rakyat Aceh turut mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yg sekarang sedang berkobar antara Indonesia dan Belanda utk mempertahankan kemerdekaan yg telah kita proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.”Daud Beureueh,“Saudara Presiden!Kami rakyat Aceh dengan segala senang hati dapat memenuhi permintaan Presiden asal saja perang yg akan kami kobarkan itu berupa perang sabil atau perang fisabilillah,perang utk menegakkan agama Allah sehingga kalau ada di antara kami yg terbunuh dalam perang itu maka artinya mati syahid. ”

 Seokarno menangis dipangkuan tgk Daud Bereueh

Presiden Soekarno,“Kakak!Memang yg saya maksudkan adalah perang yg seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yg terkenal seperti Teungku Cik Di Tiro dan lain-lain,yaitu perang yg tidak kenal mundur,perang yg bersemboyan merdeka atau syahid.”Daud Beureueh,“Kalau begitu kedua pendapat kita telah bertemu Saudara Presiden.Dengan demikian bolehlah saya mohon kepada Saudara Presiden,bahwa apabila perang telah usai nanti,kepada rakyat Aceh diberikan kebebasan utk menjalankan Syariat Islam di dalam daerahnya.”Presiden Soekarno,“Mengenai hal itu Kakak tak usah khawatir.Sebab 90% rakyat Indonesia beragama Islam. ”

Daud Beureueh,“Maafkan saya Saudara Presiden, kalau saya terpaksa mengatakan bahwa hal itu tidak menjadi jaminan bagi kami.Kami menginginkan suatu kata ketentuan dari Saudara Presiden. ”

Presiden Soekarno,“Kalau demikian baiklah,saya setujui permintaan Kakak itu. ”

Daud Beureueh,“Alhamdulillah.Atas nama rakyat Aceh saya mengucapkan terima kasih banyak atas kebaikan hati Saudara Presiden.Kami mohon (sambil menyodorkan secarik kertas kepada presiden) sudi kiranya Saudara Presiden menulis sedikit di atas kertas ini. ”

Mendengar ucapan Daud Beureueh itu Bung Karno langsung menangis terisak-isak.Airmata yg mengalir telah membasahi bajunya.Dalam keadaan sesenggukan,Soekarno berkata, “Kakak!Kalau begitu tidak ada gunanya aku menjadi presiden.Apa gunanya menjadi presiden seandainya tidak dipercaya.”Dengan tetap tenang,Daud Beureueh menjawab, “Bukan kami tidak percaya, Saudara Presiden.Akan tetapi sekadar menjadi tanda yg akan kami perlihatkan kepada rakyat Aceh yg akan kami ajak buat berperang. ”Sambil menyeka airmatanya,Bung Karno mengucap janji dan bersumpah,Bung Karno bersumpah, “Waallahi (Demi Allah), kepada daerah Aceh nanti akan diberi hak utk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan Syariat Islam.Dan Waallah,saya akan pergunakan pengaruh saya agar rakyat Aceh benar-benar dapat melaksanakan Syariat Islam di dalam daerahnya.Nah, apakah Kakak masih bebrapa ragu juga?”Daud Beureueh menjawab,“Saya tidak ragu Saudara Presiden.Sekali lagi,atas nama rakyat Aceh saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan hati Saudara Presiden. ”

Dalam suatu wawancara yg dilakukan M.Nur El Ibrahimy dengan Daud Beureueh, Daud Beureueh menyatakan bahwa melihat Bung Karno menangis terisak-isak,dirinya tidak sampai hati lagi utk bersikeras meminta jaminan hitam di atas putih atas janji-janji presiden itu.Soekarno mengucapkan janji tersebut pada tahun 1948.Setahun kemudian Acehbersedia dijadikan satu provinsi sebagai bagian dari NKRI.Namun pada tahun 1951, belum kering bibir mengucap,Provinsi Aceh dibubarkan pemerintah pusat dan disatukan dengan Provinsi Sumatera Utara.

Jelas,ini menimbulkan sakit hati rakyat Aceh.Aceh yg porak-poranda setelah berperang cukup lama melawan Belanda dan kemudian Jepang,lalu menguras dan menghibahkan seluruh kekayaannya demi mempertahankan keberadaan Republik Indonesia tanpa pamrih,oleh pemerintah pusat bukannya dibangun dan ditata kembali malah dibiarkan terbengkalai.
Baca uga:Batu Akik Terbaik Dan Kegunaannya
Bukan itu saja,hak buat mengurus diri sendiri pun akhirnya dicabut.Rumah-rumah rakyat, dayah-dayah,meunasah-meunasah,dan sebagainya yg hancur karena peperangan melawan penjajah dibiarkan porak-poranda.Bung Karno telahmenjilat ludahnya sendiri dan mengkhianati janji yg telah diucapkannyaatas nama Allah.Kenyataan ini oleh rakyat Aceh dianggap sebagai kesalahan yg tidak pernah termaafkan.Mohammad Said,Pengarang Buku “Aceh Sepanjang Abad Jilid Ke Dua.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Seokarno menangis dipangkuan tgk Daud Bereueh

0 comments:

Post a Comment